Melaknat, kebiasaan manusia dalam mempergunakan lidahnya ialah selain pada
hal hal yang menjurus pada kebaikan rupanya pun tidak jarang digunakan pada
sesuatu yang buruk, dan salah satunya ialah melaknat, baik itu melaknat binatang
seperti saat digigit nyamuk ataupun melaknat keadaan seperti ketika hujan deras
atau sedang datang angin topan. Melaknat sendiri terdiri dua makna, pertama
bermakna mencela dan yang kedua ialah mengusir serta menjauhkan dari rahmat
Allah.
Dan tentu perihal ini amat lah buruk dan sangat berdampak bagi kaum
muslimin sebagaimana Sabda Rasulullah Saw yang mengatakan bahwa “Seorang
Mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan buka orang yang suka melaknat serta
bukan orang yang suka berkata jorok dan kotor” (HR. Al Bukhari)
Dalam Islam sendiri, tidak hanya melaknat sesama manusia dianggap sebagai
perilaku yang berdosa melainkan melaknat binatang pun rupanya bernilai dosa
bahkan dinilai haram. lantas apa saja contoh melaknat yang tidak diperbolehkan
oleh Rasulullah Saw., yang dijelaskan dalam hadisnya? Berikut paparannya
1. Melaknat hewan
Kebiasaan inilah yang kadang sulit kita hilangkan, terlebih ketika kita
yang sedang asyik asyiknya sedang tidur dan malah diserang oleh segerombolan
nyamuk dengan suara khasnya yang mampu membuat telinga kita terasa ngilu. Namun
siapa sangka? Kebiasaan ini malah mendapatkan teguran dari Rasulullah Saw.,
sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Hibban dalam
kitab Shahihnya, dari Zaid bin Khalid Al Junni r.a., ia menyatakan bahwa
Rasulullah Saw bersabda “Janganlah kalian mencela ayam jantan, sebab ia
membangunkan orang untuk Sholat”
Sama halnya hadits lain dari Abu Ya’la dan al
Bazzar meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., berkata “Ketika kami bersama
Rasulullah, seseorang digigit nyamuk dan ia melaknat nyamuk itu. maka
Rasulullah bersabda ‘Janganlah engkau melaknatnya karena ia telah membangunkan
seorang Nabi diantara para Nabi untuk mengerjakan Sholat’”
Sedangkan dalam kejadian yang hampir sama, Ath Thabrani (Dalam Mu’jam Al
Awsath) meriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib r.a., yang berkisah “kami
pernah singgah disuatu tempat dan kami digigit nyamuk maka kami pun
melaknatnya. Melihat itu Rasulullah Saw bersabda ‘janganlah kalian melaknatnya,
karena ia sebaik baik hewan. Sesungguhnya ia membangunkan kalian untuk Dzikir
kepada Allah (Shalat)”
Sedangkan melaknat hewan lain yang sempat ditegur pula oleh Rasulullah
Ialah Onta sebagaimana yang dilakukan oleh para kaum muslimin terdahulu
sebagaimana yang dilukiskan oleh sabda Rasulullh Saw., dari Imran bin Hushain
r.a., yang menyatakan bahwa
"Ketika Rasulullah Saw., dalam suatu perjalanan, ada seorang perempuan
Anshar yang tengah mengendarai unta. Namun, unta yang sedang dikendarainya itu
memberontak? Dengan tiba-tiba dan serta-merta perempuan itu mengutuk untanya.
Ketika Rasulullah Saw. mendengar ucapan perempuan itu, Beliau pun bersabda ‘Turunkanlah
beban di atas unta dan lepaskanlah unta tersebut, karena ia telah dikutuk’
....”
Selain itu hadits diatas juga dipertegas oleh hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Ya’la, Ibnu Abi Dunya, dengan isnad jayyid, dari Anas bin Malik r.a., yang
berkata, "Seorang laki-laki berjalan bersama Rasulullah Saw., laki-laki
itu melaknat untanya. Melihat itu, Rasulullah Saw. bersabda, Wahai Hamba Allah,
janganlah engkau berjalan bersama kami di atas unta yang dilaknat’”
Dan tentu hadits diatas menggambarkan diri Rasulullah yang tak ingin
berjalan dengan binatang yang telah dilaknat dengan alasan binatang tersebut
telah dijauhkan dari Rahmat Allah Swt.,
2. Melaknat angin
Betapa sempurnanya Agama Islam itu, karena tidak hanya mengajarkan kita
selaku umat dalam mencela makhluk Allah baik itu sesama manusia maupun kepada
para binatang. Namun rupanya kita pun dituntut untuk tidak melaknat atau
sejenis mencela pada kondisi dan keadaan seperti dengan kehadiran Angin kencang
yang memang kadang datang secara tiba tiba dan membuat kita merasa takut.
Memandang hal ini Rasulullah Saw., tak ingin jikalau rasa takut itu atau
rasa kaget karena kehadiran angin tersebut membuat ini melaknat angin atau
mencelanya dengan ucapan “Angin pembawa celaka, angin pembaca sial” sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban (dalam kitab
sahihnya) meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., yang berkisah bahwa seseorang
melaknat angin ketika bersama Rasulullah Saw., lalu Rasulullah bersabda
“Janganlah kamu melaknat angin karena dia tunduk pada perintah, barang
siapa yang melaknat sesuatu, sedangkan yang dilaknat tidak berhak atasnya maka
laknat itu akan kembali kepadanya''
3. Melaknat zaman
Ketika dalam satu masa atau zaman terjadi sebuah musibah besar yang sulit
diterima, disaat itulah kadang para manusia yang hidup dalam masa itu melaknat
zamannya atau masanya dengan ungkapan “Zaman ini pembawa musibah atau masa
ini sangat celaka” atau dengan menggunakan ungkapan lainnya yang
menunjukkan bentuk pelaknatannya terhadap zaman tersebut.
Dan Rupanya melaknat semacam ini sama halnya dengan mencela atas apa yang telah
diciptakan Allah termasuk menciptakan Zaman sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan muslim, dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah Saw.,
bersabda “Allah Azza wa Jalla berfirman ‘Anak Adam telah menyakiti-Ku
dengan mencela masa. Padahal aku sang (Pencipta) masa, akulah yang menggilir
siang dan malam’”
Sedangkan dalam redaksi riwayat al Hakim, Rasulullah Saw., bersabda “Allah
berfirman ‘Aku meminjamkan kepada hamba-Ku tetapi hamba-Ku tidak
meminjamkan-Ku. Hamba-Ku mencela-Ku , dan tanpa merasa ia berkata Celakalah
wahai masa, celakalah wahai masa, padahal Aku adalah sang pencipta masa’”
Dari penjelasan singkat diatas terkait tguran Rasulullah kepada ummatnya
yang jikalau melaknat kepada apapun itu termasuk hewan, angin maupun zaman
rupanya ada yang lebih wajib kita ketahui, yakni bahay dari sikap melaknat itu
sendiri, sebagaimana yang diriwayakan dari Abu Darda r.a., yang menyatakan
bahwa Rasulullah Saw bersabda “jika seorang hamba melaknat sesuatu, maka
laknat itu akan naik keatas langit, dan tertutuplah pintu pintu langit.
Kemudian laknat itu akan turun lagi ke Bumi, namun pintu pintu Bumi telah
tertutup. Laknat itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri, jika tidak
mendaptkan tempat berlabuh, ia akan menghampiri orang yang dilaknat, jika layak
dilaknat. Namun, jika tidak maka laknat itu akan kembali pada orang yang
melaknat”
Sehingga dari hadits diatas dikatakan secara detail dan sangat jelas
bahwasanya seseorang yang melaknat sesuatu yang diharamkan dan sesuatu yang
tidak pantas dilaknat tentu akan kembali kepada yang melaknat Sekalipun yang
dilaknat itu adalah binatang ataupun yang lainnya.
0 Komentar